Langsung ke konten utama

Chapter Tiga

Penghuni kamar duapuluh dua adalah aktivis mahasiswa perguruan tinggi negri di yogyakarta. Impiannya adalah menjadi pejabat, entah itu bupati, gubernur, anggota dewan, sekjen partai, atau setidaknya menjadi ketua RW. Kegiatan sehari-harinya adalah berdiskusi, memberikan advokasi, dan kadang mendebat dosen di kelas.


Suatu kali ia pernah mengikuti demonstrasi yang berujung dengan aksi saling lempar antara demonstran dengan polisi. Dia merupakan salah satu diantara demonstran yang “diamankan oleh polisi” dan mendekan di penjara selama beberapa minggu sebelum akhirnya dilepaskan. Mungkin sudah sewajarnya apabila suatu demonstrasi harus berakhir dengan kerusuhan untuk memancing perhatian dari media massa, sehingga tuntutan-tuntutan dalam demo tersebut didengar oleh pihak-pihak lain. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter Satu

Aku adalah penghuni kamar nomor duabelas. Seperti kebanyakan apartemen lain di pinggiraan kota ini, lebar kamarku tujuh meter dengan panjang sepuluh meter. Di dalamnya terdapattempat tidur beranjang, rak buku yang hampir penuh, dua lemari kecil dengan lebar 60cm, dan yang paling penting adalah charger smartphone yang selalu menancap di lubang stopkontak listrik.

Chapter Dua

Dari kamar sebelas terdengar suara sayup-sayup musik dangdut koplo, yang hampir kudengar setiap hari dan lama kelamaan kuketahui lagu tersebut berjudul Ra Jodo . " maafkanku kali ini harus pergi, meninggalkan kamu yang aku sayangi, banyu moto iki mili nguras ati, kelingan tresnaku ora direstui" . lirik dalam lagu itu menunujukkan seseorang yang sedang merasakan kesedihan karena cintanya tidak direstui oleh orang tua pasangannya. namun, suasana yang terasa dalam pelantunannya tidak mencerminkan kesedihan sama sekali. sang penyanyi tersenyum sambil menggoyangkan pinggulnya sesekali. jadi kusimpulkan bahwa, sesedih apapun lagu yang dilantunkan dalam musik koplo, penyanyi, penonton, penabuh gendang, dan terutama peniup suling akan selalu bergembira.

Chapter Empat

Penghuni kamar tujuh puluh adalah lelaki religius sejauh yang bisa dilihat. Dia hampir selalu menggunakan sarung saat bepergian, entah itu ke pengajian, warung, bank, dan kamar mandi. Suatu saat waktu kami berpapasan, aku bertanya hendak kemana dia, dia menjawab pergi menonton konser dangdut koplo katanya. Aku pernah mendengar bahwa di mesir sana, orang yang bersarung adalah orang baru saja selesai melakukan hubungan intim. Sedangkan di indonesia, orang bersarung identik dengan murid-murid pesantren di pulau jawa. Tidak kupungkiri memang, jika penggunaan sarung akan membuat rasa gerah yang ada diselangkan menghilang karena semilir angin yang masuk di sela-sela ujung bawah  sarung. Selain itu, sarung juga memudahkan seorang perempuan mendeteksi hasrat pria-pria di dekatnya.